BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Di dalam Garis Besar Haluan Negara
(GBHN), dinyatakan secara eksplisit bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah
satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pembangunan
ekonomi yang lebih serius dan terencana baik di Indonesia baru dimulai sejak
pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita I) tahun 1969, dan
prosesnya berjalan mulus sejak itu hingga krisis ekonomi menerjang Indonesia tahun
1997/1998; walaupun selama jangka waktu tersebut Indonesia mengalami beberapa
goncangan eksternal, seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar
internasional dan apresiasi nilai tukar Yen terhadap dolar AS selama 1980-an.
Baru pada saat krisis ekonomi terjadi, pembangunan ekonomi di Indonesia
terhenti; bahkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) mengalami negatif
tahun 1998.
Walaupun bukan suatu indikator yang
bagus, tingkat kesejahteraan masyarakat, dilihat dari aspek ekonominya, dapat
diukur dengan pendapatan nasional (PN) per kapita. Untuk dapat meningkatkan PN,
pertumbuhan ekonomi, diukur dengan pertumbuhan PDB, menjadi salah satu target
penting yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tidak
heran jika pada awal pembangunan ekonomi, umumnya di banyak negara perencanaan
pembangunan ekonomi lebih berorientasi pada pertumbuhan, bukan distribusi
pendapatan. Memang untuk negara seperti Indonesia dengan jumlah pendudukyang
sangat besar, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa pada awal pembangunan (awal
era Soeharto) proporsi dari jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan masih sangat besar, pertumbuhan ekonomi sangat penting sebagai
prioritas pembangunan jangka pendek. Tingkat pertumbuhan ekonomi harus lebih
besar daripada laju pertumbuhan penduduk, agar peningkatan pendapatan perkapita
dapat tercapai.
Selain pertumbuhan, proses
pembangunan ekonomi juga akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan
mendasar dalam struktur ekonomi. Dari sisi permintaan agregat, perubahan
atauyang dimaksud dengan ‘pendalaman’ struktur ekonomi terjadi terutama
didorong oleh peningkatan pendapatan. Yng terakhir inipada gilirannya membawa perubahan selera masyarakat yang
terefleksi dalam perubahan pola konsumsinya. Sedangkan dari sisi penawaran
agregat, faktor-faktor pendorong utama adalah perubahan/kemajuan teknologi,
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), dan penemuan material-material
baru untuk produksi.Faktor-faktor dari sisi suplai (produksi) ini juga
merupakan sumber penting pertumbuhan. Jadi, secara hipotesis dapat diduga
adanya suatu korelasi positif antara pertumbuhan dan perubahan struktur
ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari pertumbuhan
ekonomi?
2.
Bagaimana sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi?
3.
Mengapa harus ada teori-teori dan
model-model pertumbuhan ekonomi?
C. Tujuan Masalah
1.
Menjelaskan pengertian pertumbuhan
ekonomi.
2.
Memahami sumber-sumber pertumbuha
ekonomi .
3.
Mengetahui darimana saja
teori-teori dan model-model mengenai pertumbuhan ekonomi
BAB II
ISI
A.
PERTUMBUHAN
EKONOMI
1.Arti Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu
keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.
Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan pendapatan
setiap tahun.
Selain
dari sisi permintaan (konsumsi), dari sisi penawaran, petumbuhan penduduk juga
membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumberpendapatan). Peryumbuhan
ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan
ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (ceteris
paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi
dengan peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan konsumen dan kesempatan kerja
itu sendiri hanya bisa d capai dengan peningkatan output agregat (barang dan
jasa) atau PDB yang terus menerus.
2.Konsep Pendapatan Nasional
Ada dua arti dari PN, yakni arti sempit
dan arti luas. Dalam arti sempit, PN adalah PN. Sedangkan dari arti luas, PN
dapat meruju ke PDB, atau merujuk ke produk nasional bruto (PNB), atau ke
produk nasional neto (PNN).
Sesuai
metode yang standar, perhitungan PN diawali dengan perhitungan PDB. Hubungan
antara PDB dan PN dapat dijelaskan melalui beberapa persamaan sederhana sebagai
berikut:
PNB =
PDB + F
PNN =
PNB – D
PN =
PNN – TtI
Dimana:
F pendapatan neto atau faktor luar negri
D = Penyusutan
TtI = pajak tak langsung neto (variabel-
variabel lainya telah di jelaskan di dalam teks)
Jika
ketiga persamaan diatas digabungkan, akan didapatkan persamaan berikut:
PDB =
PN + TtI + D – F
Atau
PN =
PDB + F – D – TtI
PDB
dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama
tersebut adalah pendakatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan
pengeluaran adalah perhitungan PDB dari sisi permintaan agregat. Menurut
pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai output (N0) dari semua sektor
ekonomi atau lapangan usaha.
PDB
adalah jumlah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi di masing-masing sektor, seperti tenaga kerja
(gaji/upah), pemilik modal (bunga/hasil investasi), pemilik tanah (hasil jual/
sewa tambah), dan pengusaha (keuntungan bisnis/perusahaan).
Adapun
menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah dari semua komponen dari
permintaan akhir, yakni pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta
non-profit oriented (C), pembutuahn modal tetap domistik bruto, termasuk
perubahan stok (I), pengeluaran konsumsi pemerintah (G), ekspor (X), dan impor
(M):
PDB = C
+ I + G + X – M
3. Sumber-Sumber Pertumbuhan
Pertumbuhan
ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan permintaan agregat (AD) atau/dan
pertumbuhan penawaran agregat (AS). Dari sisi AD, peningkatan AD didalam
ekonomi bisa terjadi karena PN, yang terdiri atas permintaan masyarakat
(konsumen), perusahaan, dan pemerintahan.
Y = C +
I + G + X – M
C = cY
+ Ca
I = -ir
+ Ia
G = Ga
X = Xa
4.Teori-Teori dan Model-Model Pertumbuhan
a. Teori
Klasik
Ada
dua aliran utama pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi (dilihat dari sisi
AS/produksi), yakni teori klasik dan teori modern dan diatara kedua ini, teori
neo-Keynes dan teori noe-Klasik (Tabunan, 2006b). Dasar pemikiran dari teori
klasik adalah pembangunan ekonomi dilandasi oleh sistem liberal, yang mana
pertumbuhan ekonomi dipacu oleh semangat untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
Jika keuntungan meningkat, tabungan akan meningkat, dan investasi juga akan
bertambah. Hal ini akan meningkatkan stok modal yang ada.
Beberapa
teori klasik antara lain sebagai berikut:
1. Teori
pertumbuhan Adam Smith
Didalam teori ini, ada tiga faktor penentuan
proses produksi/pertumbuhan, yakni SDA, SDM (Sumber Daya Manusia), dan barang
modal.
2. Teori
pertumbuhan David Ricardo
Menurut teori
ini, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh SDA (dalam arti tanah) yang
terbatas jumlahnya, dan jumlah penduduk yang menghasilkan jumlah tenaga kerja
yang menyesuaikan diri dengan tingkat upah, di atas atau di bawah tingkat upah
alamiah (atau minimal).
3. Teori
pertumbuhan dari Thomas Robert Malithus
Menurutnya, ukuran keberhasilan pembangunan
suatu perekonomian adalah kesejahteraan negara, yakni jika PNB potensial
meningkat. Sektor yang dominan adalah pertanian dan industri. Jika output
dikedua sektor tersebut ditingkatkan, maka PNB potensialnya akan bisa di
tingkatkan.
4. Teori
Marx
Marx membuat lima tahapan perkembangan sebuah
perekonomian, yakni: (a) perekonomian komunal primitif; (b) perekonomian
perbudakan; (c) perekonomian feodal; (d) perekonomian kapitalis; (e)
perekonomian sosialis. Titik keritis dari teori marx ini adalah pada transisi
dari prekonomian kapitalis ke perekonomian sosialis.
Jika
dirangkum teori-teori klasik ini, maka ada dua hal penting yang membedakan
dengan teori-teori yang lainnya yang muncul setelah itu yakni:
1. Faktor-faktor
produksi utama adalah tenaga kerja, tanah, dan modal
2. Peran
teknologi dan ilmu pengetahuan serta peningkatan kualitas dari tenaga kerja dan
input-input produksi lainya terhadap pertumbuhan output tidak mendapat
perhatian secara eksplisit atau dianggap konstan (teknologi dianggap suatu
koefisien yang tetap, tidak berubah).
b. Teori
Neo-Keynes
Model
pertumbuhan yang masuk di dalam kelompok teori neo-Keynes adalah model dari Harrod
dan Domar yang mencoba memperluas teori Keynes mengenai keseimbangan
pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang dengan melihat pengaruh
dari investasi, baik pada AD maupun pada perluasan kapasitas peroduksi AS, yang
pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
c. Teori
Neo-Klasik
Pemikiran
dari teori neo-klasik didasarkan pada kritik atas kelemahan-kelemahan atau
penyempurnaan terhadap pandangan/asumsi dari teori klasik yang dibahas di atas.
Beberapa model neo-klasik adalah antara lain sebagai berikut:
1. Model
Pertumbuahn A.Lewis
Metode ini yang dikenal dengan sebutan suplai
tenaga kerja yang tidak terbatas adalah satu di antara model neo-klasik yang
meniliti gejala di negara-negara berkembang (NSB). Model ini menjelaskan bagai
mana pertumbuhan ekonomi di mulai di sebuah NSB yang mempunyai dua sektor
dengan sifat yang berbeda , yakni pertanian tradisional yang subsistem di
pedesaan dan industri yang moderen di perkotaan. Dalam model ini pertumbuhan
ekonomi terjadi karena pertumbuhan industri dengan proses akumulasi modal yang
pesat , sedangkan di pertanian pertumbuhan relatif rendah dengan akumulasi
kapital yang rendah sekali. Keunggulan komperatif di sektor industri adalah
upah buruh yang murah dikarenakan suplai tenaga kerja yang berlimpah dari
pertanian.akibat terlalubanyaknya tenaga kerja di pertaniaan (sehingga upah murah sekali) membuat rendah
marjinal produktifitas tenaga kerja di sektor tersebut, sehingga perpindahan
tenaga kerja dari pertanian ke industri tidak mengakibatkan turunya produksi di
pertaniaan.
2. Model
Pertumbuhan Paul, Baran
Model ini dikenal sebagai teori pertumbuhan dan stagnasi ekonimi. Pemikiranya
sering disebut sebagai tesis neomarxis, karena ia monal pemikiran marxis yang
menyatakan bahwa NSB akan maju sepeti di eropa karena sentuhanya dengan negara-negara maju (NM) atau
negara-negara kapitalis.
3. Teori
Ketergantungan Neokolonial
Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa
pembangunan ekonomi di NSB sangat tergantung pada NM, terutama dalam investasi
langsung (PMA) di sektor pertambangan dan impor barang-barang industri.
Pekerja-pekerja di NSB (disebut negara-negara priferi/pengiran) dipekerjakan
sebagai buruh di perusahaan-perusahaan asing yang berlokasi di NSB di sektor
pertanian dan pertambangan, sementara semua kebutuhan produk-produk manufaktur,
mulai dari barang-barang konsumsi hingga peralatan dan mesin industri di impor
dari NM (disebut negara-negara iinti/pusat).
4. Model
pertumbuhan WW. Rostow
Menurt Rostow, Pembangunan ekonomi di manapun
juga merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat terbelakang ke masyarakat
yang maju. Dalam modelnya, proses pembangunan atas lima tahapan yaitu:
a. Masyarakat
tradisional,
b. Prakondisi
untuk lepas landas,
c. Lepas
landas,
d. Menuju
kedewasaan, dan
e. Era
konsumsi massal tinggi.
Kriteria yang digunakan untuk membedakan tahap
satu dengan tahap-tahap berikutnya adalah perubahanyang yang terjadi dalam
kondisi ekonomi, sosial, politik, serta budaya dalam sebuah perekonomian.
5. Model
Pertumbuhan Solow
Model pertumbuhan Solow adalah penyempurnaan
model pertumbuhan Harrod-Domar. Dalam
model Solow, peroporsi faktor produksi diasumsikan dapat berubah (jumlah
kapital dan tenaga kerja atau rasio dari kedua faktor inib dalam sebuah peroses
produksi/produk tidak harus konstan, atau bisa saling mensubsitusi) dan tingkat
upah tenaga kerja dan suku bangsa juga bisa berubah. Jika jumlah tenaga kerja
tumbuh melebihi jumlah stok kapitalis, upah akan turun relatif terhadap suku
bunga. Atau sebaliknya, jika pertumbuhan kapitalnya melebihi pertumbuhan tenaga
kerja, suku bunga akan turun relatif terhadap upah.
d. Teori
Modern
Teori-teori/model-model
pertumbuhan yang telah dibahas diatas kurang dapat menjelaskan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi sejak dekade 1950-an di banyak negara di dunia yang
kenyataanya pertumbuhan tersebut tidak sepenuhnya hanya didorong oleh akumulasi
modal dan penambahan jumlah tenaga kerja, tetapi juga disebabkan oleh
peningkatan produktivitas dari kedua faktor produksi tersebut.
Akibat kelemahan dari teori-teori di atas,
muncul paradigma baru yang memberi penekanan pada pentingnya pengaruh dari
progres teknologi terhadap pertumbuhan
ekonimi. Model-model berdasarkan paradigma baru ini disebut model-model
pertumbuhan baru/moderen. Dalam teori moderen ini, faktor-faktor produksi yang
krusial tidak hanya banyak tenaga kerja dan modal, tetapi juga kualitas SDM dan
kemajuan teknologi (yang terkandung di dalam barang modal atau mesin), enerji
(khususnya enerji alternatif), kewirausahaan, bahan baku, dan materia. Bahkan
dalam era globalisasi dan perdagangan bebas dunia saat ini, kualitas SDM dan
teknologi merupakan dua faktor dalam satu paket yang menjadi penentuan utama keberhasilan
suatu bangsa/negara.
B. PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA SEJAK ORDE
BARU HINGGA
PASCAKRISIS
Melihat
kondisi pembangunan ekonomi indonesia selama pemerintahan orde baru (sebelum
krisis ekonomi 1997)dapat dikatakan bahwa indonesial telah mengalami suatu
proses pembangunan ekonomi yang sepektakuler, paling tidak pada tingkat makro
(agregat). Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikator ekonomi
makro.pada tahun 1968 PN perkapital masih sangat rendah, hanya sekitar US$60.
Tingkat ini jauh lebih rendah dibandingkan PN dari NSB lain pada saat itu,
seperti India, Sri Langka, dan Pakistan. Namun sejak Pelita ! dimulai PN
Indonesia per kapital mengalami peningkatan yang relatif tinggi setiap tahun
dan pada akhir dekade 1980-an telah mendekati
US$500. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan PDB rata-rata per tahun juga
tinggi sekitar 7%-8% selama 1970-an dan turun ke 3%-4% pertahun selama 1980-an.
Resesi
ekonomi dunia yang terutama disebabkan oleh rendahnya laju pertumbuhan PDB atau
PN di NM, yang secara bersamaan mendominasi
perdagangan dunia, mengakibatkan lemahnya permintaan dunia terhadap barang-barang ekspor dari Indonesia , yang selanjutnya
dapat menyebabkan defisit saldo neraca perdagangan. Dampak negatif dari resesi
ekonomi dunia tahun 1982 terhadap perekonomian indonesia terutama terasa dalam
laju pertumbuhan ekonomi yang selama 1982-1988 jauh lebih rendah dibandingkan
periode sebelumnya.
Selama
pertengahan pertama 1990-an, rata-rata pertumbuhan pertahun antara 7,3% hingga 8,2%,yang membuat indonesia
termasuk negara ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut, rata-rata pendapatan (diukur dengan
PNB) per kapital di indonesia naik pesat seiap tahun, yang pada tahun 1993
dalam dolar AS sudah melewati angka 800. Namun akibat kerisi, pendapatan
perkapital indonesia menurun derastis. Antara tahun 1990 hingga setahun menjelang
kerisis ekonomi, ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata pertahun di atas 8%. Laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik setelah 1998 juga tercermin
pada peningkatan PDB per kapital. Pada saat kerisis ekonomi mencapai
klimaksnya. PDB perkapital atas dasar harga berlaku tercatat sekitar 4,8 juta
rupiah. Tahun 1999 PDB perkapital naik menjadi 5,4 juta dan terus berlangsung
hingga mencapai sekitar 10,6 juta rupiah tahun 2004.
Pendapatan
Per kapital di ASEAN (dolar AS)
Negara
|
1990
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
Berunai
Darusalam
Kamboja
Indonesia
Laos PDR
Malaysia
Myanmar
Filipina
Singapura
Thailan
Vietnam
|
12540
-
620
200
2390
129
740
11860
1550
130
|
15800
280
1010
360
4030
180
1040
23260
2820
250
|
16320
290
1120
390
4480
193
1190
25130
3050
300
|
16310
300
1120
380
4600
206
1230
27160
2800
340
|
14480
280
670
310
3630
132
1080
23490
2120
350
|
14060
280
590
290
3370
145
1050
22880
2010
360
|
14670
280
590
290
3390
159
1050
22970
2010
390
|
16010
300
740
310
3410
165
1050
21250
1980
410
|
17000
300
810
330
3550
222
1020
21030
2000
430
|
17590
340
920
350
3900
212
1070
21750
2190
470
|
19650
380
1110
420
4560
216
1180
25040
2530
540
|
22540
440
1260
460
5070
248
1270
26620
2770
620
|
26930
490
1420
500
5620
281
1390
28730
3050
700
|
Daftar pustaka
Dr. Tambunan, TulusT.H . “Perekonomian Indonesia”. Ciawi,Bogor: Ghalia Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar